Tulisan
ini merupakan tulisan abal-abal yang sangat menghianati dari khaidah penulisan
yang baik dan benar alias “Tong Kosong Nyaring Bunyinya”, hambar tanpa makna,
seperti makanan enak namun tidak bergizi.
Peribahasa
“Tong Kosong Nyaring Bunyinya” merupakan peribahasa yang memiliki makna yang
sangat mendalam, dan merupakan sebuah kritikan ataupun sebuah refleksi setiap
orang yang bisa mendengar dan membacanya. Sebuah kalimat yang singkat namun
dapat meruntuhkan setiap ego maupun kepercayaan diri seseorang. Terlepas dari
hal tersebut, penulis tidak akan memaparkan lebih jauh mengenai makna dari
peribahasa tersebut, karna penulis yakin bahwa teman-teman yang meluangkan
waktu untuk membaca tulisan tidak bermanfaat ini sudah tentu memiliki daya
nalar yang bagus.
Dalam
kepercayaan Hindu, di zaman yang kita nikmati sekarang merupakan zaman Kaliyuga
yang berarti zaman dimana ke-egoisan manusia sedang merajalalela, zaman dimana
manusia tidak lagi berperang dengan bangsa/kelompok (musuh/Adharma(ketidak
benaran)) tertentu untuk meneggakkan kebenaran, namun manusia berperang dengan
musuh yang ada dalam dirinya sendiri.
Merupakan
sebuah refleksi pribadi penulis sebagai bentuk pengalaman pribadi penulis yang
melihat begitu banyak makluk-makluk berpengetahuan yang semakin memiliki
Idealisme Mutlak dan tidak jarang juga berIdealisme Semu (Tong Kosong Nyaring
Bunyinya). Bertutur kata layaknya sang visioner yang bersih tanpa noda. Katakan “salah” pada kepentingan orang banyak
dan katakan “benar” pada kepentingan diri sendiri merupakan istilah yang cocok
untuk menggambarkan prinsip makluk-makluk halus tersebut. Kehidupan
merupakan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan (rwabhineda) merupakan
istilah yang bijak untuk merespon kerasnya kehidupan di dunia.
Manusia Indonesia merupakan
manusia-manusia yang ber-Tuhan,
terlihat jelas disetiap langkah penulis menemukan bangunan-bangunan megah
nan-suci yang didedikasikan untuk menghadap dan menjalin Silahturahmi dengan
Sang Pencipta. Begitu eratnya hubungan antara manusia dan Tuhan di Negeri
tercinta ini bila dipikirkan. Walaupun demikian banyaknya bangunan-bangunan
tersebut, tidak sepercikpun membuat hati ini bersimpati lalu mengatakan manusia
di dunia ini merupakan manusia-manusia yang bijak. Entah apakah bangunan itu hanya
sebatas simbolisasi (Tong Kosong Nyaring Bunyinya) atau memang pada kenyataan manusia Indonesia
merupakan manusia yang menjunjung tinggi sila ke-1 dari Pancasila yaitu
Berketuhanan Yang Esa.
Manusia
merupakan makluk sosial “Zoon Politicon” terbukti dengan adanya istilah manusia
tidak bisa hidup tanpa “Media Sosial”. Kebaikan-kebaikan diri dan
keburukan-keburukan orang lain disebarluaskan, banyak yang kehilangan jati
diri, merosotnya moralitas, miskin identitas, pragmatisme mengakar kuat pada
generari Milineal. Mungkin hal ini sudah dipopulerkan dalam lagu “Kid’s Jaman
Now”. Hal ini menyebabkan banyaknya bermunculan manusia-manusia “Tong Kosong
Nyaring Bunyinya” (termasuk penulis).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar