Senin, 08 Januari 2018

“Tong Kosong Nyaring Bunyinya”


Tulisan ini merupakan tulisan abal-abal yang sangat menghianati dari khaidah penulisan yang baik dan benar alias “Tong Kosong Nyaring Bunyinya”, hambar tanpa makna, seperti makanan enak namun tidak bergizi.
Peribahasa “Tong Kosong Nyaring Bunyinya” merupakan peribahasa yang memiliki makna yang sangat mendalam, dan merupakan sebuah kritikan ataupun sebuah refleksi setiap orang yang bisa mendengar dan membacanya. Sebuah kalimat yang singkat namun dapat meruntuhkan setiap ego maupun kepercayaan diri seseorang. Terlepas dari hal tersebut, penulis tidak akan memaparkan lebih jauh mengenai makna dari peribahasa tersebut, karna penulis yakin bahwa teman-teman yang meluangkan waktu untuk membaca tulisan tidak bermanfaat ini sudah tentu memiliki daya nalar yang bagus.
Dalam kepercayaan Hindu, di zaman yang kita nikmati sekarang merupakan zaman Kaliyuga yang berarti zaman dimana ke-egoisan manusia sedang merajalalela, zaman dimana manusia tidak lagi berperang dengan bangsa/kelompok (musuh/Adharma(ketidak benaran)) tertentu untuk meneggakkan kebenaran, namun manusia berperang dengan musuh yang ada dalam dirinya sendiri.
Merupakan sebuah refleksi pribadi penulis sebagai bentuk pengalaman pribadi penulis yang melihat begitu banyak makluk-makluk berpengetahuan yang semakin memiliki Idealisme Mutlak dan tidak jarang juga berIdealisme Semu (Tong Kosong Nyaring Bunyinya). Bertutur kata layaknya sang visioner yang bersih tanpa noda. Katakan “salah” pada kepentingan orang banyak dan katakan “benar” pada kepentingan diri sendiri merupakan istilah yang cocok untuk menggambarkan prinsip makluk-makluk halus tersebut. Kehidupan merupakan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan (rwabhineda) merupakan istilah yang bijak untuk merespon kerasnya kehidupan di dunia.
Manusia Indonesia merupakan manusia-manusia yang ber-Tuhan, terlihat jelas disetiap langkah penulis menemukan bangunan-bangunan megah nan-suci yang didedikasikan untuk menghadap dan menjalin Silahturahmi dengan Sang Pencipta. Begitu eratnya hubungan antara manusia dan Tuhan di Negeri tercinta ini bila dipikirkan. Walaupun demikian banyaknya bangunan-bangunan tersebut, tidak sepercikpun membuat hati ini bersimpati lalu mengatakan manusia di dunia ini merupakan manusia-manusia yang bijak. Entah apakah bangunan itu hanya sebatas simbolisasi (Tong Kosong Nyaring Bunyinya)  atau memang pada kenyataan manusia Indonesia merupakan manusia yang menjunjung tinggi sila ke-1 dari Pancasila yaitu Berketuhanan Yang Esa.
Manusia merupakan makluk sosial “Zoon Politicon” terbukti dengan adanya istilah manusia tidak bisa hidup tanpa “Media Sosial”. Kebaikan-kebaikan diri dan keburukan-keburukan orang lain disebarluaskan, banyak yang kehilangan jati diri, merosotnya moralitas, miskin identitas, pragmatisme mengakar kuat pada generari Milineal. Mungkin hal ini sudah dipopulerkan dalam lagu “Kid’s Jaman Now”. Hal ini menyebabkan banyaknya bermunculan manusia-manusia “Tong Kosong Nyaring Bunyinya” (termasuk penulis).  







Tidak ada komentar:

Posting Komentar