Banyak pihak yang beranggapan bahwa
politik adalah kotor karena politik selalu diidentikkan dengan perebutan
kekuasaan yang menghalalkan segala cara. Akan tetapi, Hindu memandang
politik tidak semata-mata sebagai cara mencari, dan mempertahankan
kekuasaan, melainkan adalah bagi penegakkan Dharma. Hal ini banyak
dijelaskan dalam percakapan antara Bhagawan Bhisma dengan Yudhistira
pasca perang Bharatayudha, yaitu dalam Santi Parwal LXIII, hal 147,
sebagai berikut:
“manakala politik telah sirna, veda pun sirna pula, semua aturan hidup hilang musnah, semua kewajiban manusia terabaikan. Pada politiklah semua berlindung. Pada politiklah semua awal tindakan diwujudkan, pada politikiah semua pengetahuan dipersatukan, pada politiklah semua dunia terpusatkan”.
Dalam bab yang lain dijelaskan pula bahwa:
“ketika tujuan hidup manusia – dharma, artha, kama, dan moksa semakin jauh. Begitu juga pembagian masyarakat semakin kacau, maka pada politiklah semua berlindung, pada politiklah semua kegiatan agama/yajna diikatkan, pada politiklah semua pengetahuan dipersatukan, dan pada politiklah dunia terpusatkan”
Untaian kalimat dalam Santiparwa tersebut
mengisyaratkan bahwa antara Politik dan Agama mempunyai kaitan yang
sangat erat, yaitu politik Hindu adalah untuk menjalankan dan menegakkan
ajaran Dharma. Dharma adalah hukum, kewajiban, dan kebenaran yang
apabila dilanggar maka akan berakibat pada kehancuran umat manusia, dan
sebaliknya dharma yang dijaga akan membawa kemuliaan (dharma raksatah
raksitah).
Antara politik dan kepemimpinan merupakan
sebuah mata uang yang tak dapat dipisahkan. Pemimpin yang baik adalah
pemimpin yang mampu memberikan tauladan, selalu mengusahakan
kesejahteraan rakyat (sukanikang rat), dan menghindari kesenangan
pribadi (agawe sukaning awak). Dalam Kautilya Arthasastra dijelaskan
pula bahwa “apa yang menjadikan raja senang bukanlah kesejahteraan,
tetapi yang membuat rakyat sejahtera itulah kesenangan seorang raja”.
Kalimat ini menunjukkan bahwa sasaran pokok dalam politik Hindu adalah
kebahagiaan rakyat, bukanlah kesejahteraan penguasanya karena penguasa
yang berhasil membawa rakyatnya pada kebahagiaan tertinggi, kemuliaan
adalah pasti (“sang sura menanging ranaggana, mamukti sukha wibawa,
bogha wiryawan”).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar