Banyak yang beranggapan bahwa eksistensi
bali semakin hari akan semakin menurun disebabkan tingkat kebutuhan yang
semakin kompleks dan juga pengaruh globalisasi. Tingkat ekonomi yang semakin
sulit dan teknologi yang semakin canggih menyebabkan manusia semakin bermental
pragmatis. Kepragmatisan tersebut menyebabkan berubahnya pola pikir terutama
pada pemuda dan pemudi bali pada khususnya. Apa dampaknya terhadap eksistensi
kebudayaan bali itu sendiri? Kebudayaan bali merupakan salah satu dari beberapa
kebudayaan nusantara yang masih bertahan saat ini, tentu hal tersebut tidak
terlepas dari peran pemuda dan pemudi serta orang tua yang memiliki sikap
mencintai dan menjaga kebudayaan bali itu sendiri. Kebudayaan bali tersebut
tidak terlepas dari pengaruh agama hindu. Pengaruh ajaran agama hindu dianggap
memperkaya kebudayaan bali itu sendiri. Menurut orang bali sejarah kebudayaan
dan kemasyarakatan bali di mulai dengan kedatangan orang orang majapahit di bali,
kedatangan orang orang majapahit ini membawa perubahan yang baru bagi
masyarakat bali, karena sebelumnya di bali di kuasai oleh roh-roh jahat serta
mahluk mahluk yang ajaib
Akan tetapi sebenarnya jauh berabad abad
sebelum zaman majapahit, di bali selatan sudah ada suatu kerajaan dengan
kebudayaan hindu mungkin pada tahap pertama zaman mataram kuno (antara 600-1000
masehi ), pusat kerajaan itu terdapat di pejeng dan bedulu dengan raja
keturunan warnadewa, ada kemungkinan kerajaan ini timbul langsung pengaruh dari
pedagang hindu namun ada juga kemungkinan kerajaan ini di sebabkan karena
pengaruh dari mataram.
Sebagai pemuda dan pemudi hindu kita
harus bangga terhadap warisan dari nenek moyang kita yaitu berupa kebudayaan
yang sangat unik dan kaya akan nilai-nilai kemanusian dan kedewataan. Eksistensi
budaya bali hari ini akan mendatangkan sebuah ancaman dan juga sebuah peluang
untuk masyarakat bali itu sendiri, untuk itu pemuda bali haruslah mapan dalam
kebudayaan (Moral) dan juga peradaban (kemajuan berpikir) demi ajeg Bali. Hal
tersebut dapat dimulai dari tetap menggunakan nama-nama bali yang diwariskan
oleh leluhur kita seperti Gede, Kadek dll. Kalau bukan kita lalu siapa lagi?. Di
dalam BG-44 juga dipertegas oleh Sri Krisnha kepada Arjuna sebagai berikut :
Utsanna-kula-dharmanam
manusyanam janardana
Narake
niyatam vaso bhavatity anususruma
Artinya :
Kami sudah mendengar semuanya ini, wahai Janardana,
Bahwa manusia yang kebudayaan dan
hukumnya musnah, nerakalah tempatnya abadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar