Minggu, 05 Maret 2017

Mengapa Truna dan Truni Bali harus mencintai Budaya Bali??



Banyak yang beranggapan bahwa eksistensi bali semakin hari akan semakin menurun disebabkan tingkat kebutuhan yang semakin kompleks dan juga pengaruh globalisasi. Tingkat ekonomi yang semakin sulit dan teknologi yang semakin canggih menyebabkan manusia semakin bermental pragmatis. Kepragmatisan tersebut menyebabkan berubahnya pola pikir terutama pada pemuda dan pemudi bali pada khususnya. Apa dampaknya terhadap eksistensi kebudayaan bali itu sendiri? Kebudayaan bali merupakan salah satu dari beberapa kebudayaan nusantara yang masih bertahan saat ini, tentu hal tersebut tidak terlepas dari peran pemuda dan pemudi serta orang tua yang memiliki sikap mencintai dan menjaga kebudayaan bali itu sendiri. Kebudayaan bali tersebut tidak terlepas dari pengaruh agama hindu. Pengaruh ajaran agama hindu dianggap memperkaya kebudayaan bali itu sendiri. Menurut orang bali sejarah kebudayaan dan kemasyarakatan bali di mulai dengan kedatangan orang orang majapahit di bali, kedatangan orang orang majapahit ini membawa perubahan yang baru bagi masyarakat bali, karena sebelumnya di bali di kuasai oleh roh-roh jahat serta mahluk mahluk yang ajaib
Akan tetapi sebenarnya jauh berabad abad sebelum zaman majapahit, di bali selatan sudah ada suatu kerajaan dengan kebudayaan hindu mungkin pada tahap pertama zaman mataram kuno (antara 600-1000 masehi ), pusat kerajaan itu terdapat di pejeng dan bedulu dengan raja keturunan warnadewa, ada kemungkinan kerajaan ini timbul langsung pengaruh dari pedagang hindu namun ada juga kemungkinan kerajaan ini di sebabkan karena pengaruh dari mataram.
Sebagai pemuda dan pemudi hindu kita harus bangga terhadap warisan dari nenek moyang kita yaitu berupa kebudayaan yang sangat unik dan kaya akan nilai-nilai kemanusian dan kedewataan. Eksistensi budaya bali hari ini akan mendatangkan sebuah ancaman dan juga sebuah peluang untuk masyarakat bali itu sendiri, untuk itu pemuda bali haruslah mapan dalam kebudayaan (Moral) dan juga peradaban (kemajuan berpikir) demi ajeg Bali. Hal tersebut dapat dimulai dari tetap menggunakan nama-nama bali yang diwariskan oleh leluhur kita seperti Gede, Kadek dll. Kalau bukan kita lalu siapa lagi?. Di dalam BG-44 juga dipertegas oleh Sri Krisnha kepada Arjuna sebagai berikut :

Utsanna-kula-dharmanam manusyanam janardana
Narake niyatam vaso bhavatity anususruma
Artinya :
Kami sudah mendengar semuanya ini, wahai Janardana,
Bahwa manusia yang kebudayaan dan hukumnya musnah, nerakalah tempatnya abadi



Tidak ada komentar:

Posting Komentar